Tahun 2009, penyandang autisme di
Indonesia mencapai angka 475 ribu. Jumlah yang cukup fantastis. Tapi
sayang, biaya pengobatan atau terapi autisme saat ini relatif mahal,
sekira Rp750 ribu-Rp3 juta per bulan hingga tak semua kalangan
masyarakat bisa menikmatinya.
Secara psikologis, autisme dipahami sebagai keadaan seseorang yang
lebih banyak berorientasi kepada pikiran subyektifnya daripada melihat
kenyataan atau realita kehidupan sehari-hari. Sehingga, sering kali
penyandang autis selalu sibuk dengan “dunia”-nya.
Mahalnya
biaya terapi autisme melatarbelakangi sekelompok mahasiswa Kedokteran
Umum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (KU-UMY), yakni Revani Dewinta
Lestarin, Yunita Puji Lestari, Muhammad Nor Tauhid, dan Ragil Adi S,
memilah terapi untuk mengurangi gejala autisme yang tidak menghabiskan
biaya terlalu besar.
“Autisme
memang merupakan gangguan neurobiologis yang menetap. Gejalanya tampak
pada gangguan bidang komunikasi, interaksi, dan perilaku,” kata Revani.
Walaupun
gangguan neurobiologis tidak bisa diobati, tapi gejala-gejalanya bisa
diminimalisir dengan terapi murah dan bisa dilakukan di rumah, yaitu
senam otak atau Brain Gym.
Revani
menjelaskan, terapi senam otak merupakan teknik elektrik yang membantu
otak dan tubuh bekerja lebih efektif secara bersamaan. Gerakan senam
otak juga meningkatkan tiga komunikasi otak, yakni komunikasi otak kanan
dengan otak kiri, otak depan dengan otak belakang, serta otak atas
dengan bawah. Lancarnya komunikasi otak ini berguna meningkatkan
efisiensi dari informasi sensorik yang paling berguna bagi penyandang
autisme.
”Gerakan
senam otak pun bervariasi, seperti membuat coretan ganda dalam waktu
bersamaan, menggerakkan anggota tubuh secara bergantian, dan
mengaktifkan tangan,” ujarnya
Sumber : lifestyle.okezone.com
0 comments:
Posting Komentar