"Dan bila kamu menginginkan sesuatu, semua unsur semesta akan berkonspirasi membantumu untuk mewujudkannya,"
demikian kutipan novel The Alchemist karya sastrawan Paoelo Coelho. Hal
ini juga dipercaya Wahyudin 'Mas Ganteng', pemulung muda yang saat itu
bingung mencari biaya kuliah.
Wahyu menceritakan ketika tiba waktu ia lulus SMA, ada ketakutan bahwa
dirinya tak bisa kuliah. Maklum, orang tuanya hanya petani penggarap
lahan orang yang harus menghidupi 8 perut anak-anaknya. Apa yang lantas
dilakukannya?
"Tahu
begitu saya langsung tulis proposal. Di situ saya merencanakan, kalau
saya mau kuliah saya harus memulung 3 tahun lagi, baru saya bisa
kuliah," kisah Wahyu saat ditemui detikcom di rumah orang tuanya,
Kampung Kalimanggis, Gang Lame, Jatisampurna, Bekasi, Jawa Barat, Jumat
(1/3/2013).
Rencana
masa depannya untuk kuliah ia tuangkan dalam bentuk tulisan dan gambar.
Kemudian tulisan dan gambar itu dipajang di kamarnya. Dia
memperhitungkan untuk mendapat biaya masuk kuliah harus mengeluarkan
uang Rp 7 juta. Sementara tabungan yang ia miliki hanya Rp 2 juta.
"Artinya
saya harus kumpulkan 3 truk sampah. Di situ saya gambar dan saya tulis,
saya tujukan kepada Allah. Saya yakin kalau proposal saya dikabulkan
oleh Allah pasti saya bisa kuliah," imbuhnya. Wahyu pun berikhtiar
hingga akhirnya, tak sampai 3 tahun, dia bisa berkuliah tahun itu juga.
Ada beberapa orang yang bersimpati kepada Wahyu sampai akhirnya bersedia
membantu biaya kuliahnya.
"Pas itu
ada beberapa tetangga saya yang dermawan, mereka membantu saya untuk
bisa kuliah. Karena kaget saya diberi bantuan saya langsung
teriak-teriak ke ibu saya, 'Emak, Wahyu bisa kuliah'," ujar Wahyu.
Sampai
akhirnya ketika kuliah dia masih terus melanjutkan profesi memulung.
Dia memilih kuliah di Universitas Muhammadiyah Prof Dr HAMKA (Uhamka) di
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. "Saya udah nggak kepikiran kampus
mana, karena tahun ajaran kuliah sudah mau ditutup. Jadi saya pilih di
Uhamka jurusan akuntansi Fakultas Ekonomi karena sudah gelombang
terakhir juga," paparnya.
Hasil
memulung antara Rp 30 ribu-Rp 50 ribu per hari, plus menjual gorengan
cukup membantu Wahyu untuk kuliah. Ditambah, dia mendapatkan beasiswa
dari kampusnya dan Disdik DKI. Ada pula kerabat yang bersimpati dan
membantu biaya kuliahnya. Tak hanya biaya kuliah, Wahyu terkadang juga
dikasih barang-barang seperti gadget hingga jam tangan. Tak heran,
penampilan Wahyu tampak necis.
Terkadang
Wahyu juga menyisihkan uangnya membantu menopang hidup keluarga. Kini,
Wahyu sudah berhasil melalui sidang skripsi yang berjudul "Pengaruh
Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah, Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota
Bekasi'. Rencananya ia akan diwisuda pada bulan Desember 2013.
Sumber : news.detik.com
Diposting kembali Supermap Mindmap Learning Center
0 comments:
Posting Komentar