Beratnya medan yang tak dibarengi
penyediaan sarana transportasi membuat sejumlah warga di pedalaman dan
perbatasan Kabupaten Nunukan masih belum terjangkau secara maksimal
pelayanan pendidikan dan kesehatan. Karena itu, Unit Sosial Budaya Tim
Ekspedisi Khatulistiwa 2012 Sub Korwil 05 Kabupaten Nunukan
merekomendasikan agar pihak terkait memberikan perhatian terhadap kedua
sektor yang bersentuhan langsung dengan masyarakat itu.
Komandan Unit Sosial Budaya Sertu
Sugianto mengatakan, selama dua bulan lebih unit yang dipimpinannya
telah melaksanakan kegiatan yang bergerak di mulai dari Sungai Ular di
Kecamatan Siemanggaris, lalu menuju ke Kecamatan Sebuku, Kecamatan
Lumbis dan Kecamatan Lumbis Ogong.
Dari hasil penelitian itu, mereka
menilai pendidikan di daerah perbatasan masih perlu mendapatkan
perhatian khusus. Masih banyak sarana pendidikan yang kurang layak.
Selain itu terbatasanya sarana transportasi dengan medan yang berat,
membuat sebagian anak tidak bisa menikmati pendidikan dengan maksimal.
Sebagian akan-anak itu hanya belajar dikelas jarak jauh di kolong rumah
penduduk.
Sedikitnya ada tiga sekolah jarak jauh
atau filial yang ditemukan tim selama melakukan penelitian. Sekolah itu
berada di Sekapal, Siemanggaris dan Pembeliangan. Dari sekolah induk,
jarak tempuh mencapai tiga kilometer, lima kilometer dan ada yang
mencapai 15 kilometer.
Sugianto mengatakan, para orang tua
memilih menyekolahkan anaknya di sekolah filial karena pertimbangan
sejumlah alasan. Ada sekolah yang hanya berjarak tiga kilometer namun
untuk menjangkaunya harus menyeberangi sungai yang begitu lebar. Hal
ini tentu terkait dengan faktor keamanan anak. Sementara, tidak
tersedianya sarana trasnportasi menjadi alasan lainnya bagi orang tua
untuk tidak menyekolahkan anaknya di sekolah yang jaraknya mencapai
lima kilometer dan lima belas kilometer.
Sebagai bentuk perhatian terhadap
kondisi sekolah dimaksud, TNI termasuk Tim Ekspedisi Khatulistiwa 2012
menurunkan sejumlah personil untuk membantu para sukarelawan mengajar
di sekolah filial ini. Mengingat jumlah tenaga sukarelawan yang mau
mengajar masih sangat terbatas. Pihaknya juga memberikan bantuan buku
tulis dan buku bacaan sebanyak 500 judul buku.
Persoalan kesehatan juga perlu
mendapatkan perhatian khusus. Karena itu pihaknya menggelar acara
pengobatan massal dan sunatan massal. Program pengobatan gratis ini
mendapatkan sambutan yang baik dari masyarakat setempat.
Mengingat selama ini untuk berobat,
mareka harus menempuh jarak yang cukup jauh. Terkadang mereka harus
menyeberangi sungai yang cukup lebar. Dari kegiatan pengobatan massal
yang digelar, penyakit TBC masih mendominasi. Hal ini disebabkan karena
lingkungan tempat tinggal yang kurang sehat.
Unit ini juga telah melakukan pendataan
dan inventarisasi terhadap budaya yang ada di Kabupaten Nunuklan
khususnya di wilayah perbatasan. Dari hasil pendataan itu secara umum
dapat digambarkan jika budaya Kalimantan khususnya di Kabupaten Nunukan
masih terpelihara dengan baik.
Untuk penanaman nasionalisme, tim
bekerjasama dengan para mahasiswa untuk mengajarkan anak-anak sekolah
tata cara upacara bendera.
Ia menilai, secara umum nasionalisme
warga di perbatasan masih cukup tinggi. Meskipun secara ekonomi masih
banyak yang tergantung hidup pada Malaysia.
“Sebetulnya kalau kita melihat
nasionalisme di perbatasan dari orang perorang mereka merah putih.
Karena kita bisa lihat waktu konfrontasi mereka mati-matian membela
perbatasan. Dan sekarang banyak kita jumpai di lapangan orang-orang
yang dahulunya setengah mati dan membela perbatasan. Sekarang sama yah.
Tetapi karena faktor medan, jarak, ekonomi kita dari pusat belum
sampai ke perbatasan,” ujarnya.
Sumber : tribunnews.com
Diposting kembali Supermap Mindmap Learning Center
www.supermap.asia
0 comments:
Posting Komentar